Stop Erosi! Teknik Konservasi Air dan Tanah Wajib Dikuasai Petani di Musim Hujan

Musim hujan adalah periode krusial bagi petani. Meskipun air adalah sumber kehidupan, curah hujan yang tinggi dan tidak terkontrol seringkali menjadi penyebab utama degradasi lahan, khususnya erosi tanah. Erosi menghilangkan lapisan atas tanah yang kaya nutrisi, menurunkan produktivitas, dan mengancam keberlanjutan pertanian. Untuk memitigasi risiko ini, penguasaan Teknik Konservasi Air dan tanah adalah keterampilan wajib yang harus dimiliki oleh setiap petani. Konservasi Air bukan hanya tentang menampung air, tetapi juga tentang mengelola alirannya di permukaan lahan agar tidak merusak, sekaligus memaksimalkan penyerapan ke dalam tanah. Penerapan teknik Konservasi Air secara tepat adalah investasi jangka panjang untuk kesehatan lahan.

Salah satu teknik Konservasi Air dan tanah yang paling efektif, terutama di lahan miring, adalah pembuatan terasering dan contour farming (bercocok tanam mengikuti garis kontur). Terasering mengubah kemiringan curam menjadi serangkaian langkah datar, yang secara signifikan mengurangi kecepatan aliran air, sehingga air memiliki lebih banyak waktu untuk meresap dan mencegah tanah terbawa. Sementara itu, contour farming menciptakan parit-parit alami yang menangkap air hujan dan mencegahnya mengalir lurus ke bawah. Di kawasan perbukitan Wonogiri, Jawa Tengah, pada tahun 2024, petani yang menerapkan contour farming berhasil mengurangi laju erosi hingga 50% dibandingkan lahan yang diolah secara konvensional. Data ini dikumpulkan dan dipublikasikan oleh Dinas Pertanian dan Pangan Provinsi setempat pada tanggal 17 Oktober 2024.

Selain metode fisik, penggunaan penutup tanah (cover crop) dan mulsa adalah bagian penting dari Konservasi Air dan tanah. Tanaman penutup, seperti kacang-kacangan atau rerumputan, ditanam di antara musim panen untuk menahan tanah dari hempasan hujan langsung dan menambah bahan organik ke dalam tanah. Bahan organik yang meningkat memperbaiki struktur tanah, meningkatkan kapasitas tanah menahan air, dan mengurangi risiko kekeringan saat kemarau tiba. Penggunaan jerami atau sisa tanaman sebagai mulsa juga memiliki fungsi serupa, yakni mengurangi penguapan dan menahan benturan tetesan hujan.

Aspek pengelolaan drainase juga tak kalah penting. Pembuatan saluran pembuangan air (drainage ditches) atau sumur resapan (infiltration wells) harus direncanakan dengan baik untuk mengarahkan kelebihan air ke tempat yang aman tanpa menyebabkan genangan. Pada hari Jumat, 8 Desember 2024, di Desa Sukamakmur, Sumatera Barat, petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) harus turun tangan untuk memberikan edukasi intensif kepada petani. Hal ini dilakukan karena buruknya saluran drainase di sawah menyebabkan banjir lokal yang merusak infrastruktur irigasi di area tersebut pada pukul 15.00 WIB. Insiden ini menunjukkan bahwa Konservasi Air adalah tanggung jawab kolektif yang membutuhkan perencanaan teknik dan kesadaran lingkungan yang tinggi dari semua pihak.