Superfood Lokal: Mengubah Singkong Menjadi Produk Pangan Fungsional Kaya Gizi

Singkong (Manihot esculenta), yang selama ini dikenal sebagai makanan pokok masyarakat pedesaan, memiliki potensi besar yang melampaui citranya sebagai makanan murah dan sederhana. Dengan sentuhan inovasi pangan dan teknologi, singkong dapat bertransformasi menjadi Superfood Lokal yang kaya gizi dan bernilai ekonomi tinggi, khususnya dalam kategori pangan fungsional. Pangan fungsional adalah makanan yang, selain nilai nutrisi dasarnya, juga memberikan manfaat kesehatan tambahan, seperti meningkatkan daya tahan tubuh atau mendukung kesehatan pencernaan. Mengembangkan singkong sebagai Superfood Lokal adalah strategi cerdas untuk diversifikasi pangan nasional sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani.

Kelebihan singkong yang utama adalah kandungan pati resisten (resistant starch) yang tinggi, terutama setelah melalui proses pengolahan tertentu seperti pendinginan setelah dimasak. Pati resisten ini tidak dicerna di usus halus, melainkan difermentasi oleh bakteri baik di usus besar. Fungsi ini menjadikannya prebiotik alami yang sangat baik untuk kesehatan mikrobiota usus. Memanfaatkan pati resisten singkong untuk diolah menjadi tepung termodifikasi dapat meningkatkan nilai fungsionalnya. Misalnya, pengolahan menjadi Modified Cassava Flour (Mocaf) yang dikeringkan pada suhu terkontrol (sekitar 50–60 derajat Celsius) dapat memaksimalkan kandungan pati resisten, menjadikannya pengganti terigu yang lebih sehat dan cocok untuk penderita diabetes karena indeks glikemik yang lebih rendah.

Transformasi singkong menjadi Superfood Lokal juga dapat dilakukan melalui fermentasi. Produk tradisional seperti tapai atau peuyeum adalah contoh pangan fungsional sederhana. Proses fermentasi oleh ragi (Saccharomyces cerevisiae) meningkatkan kandungan vitamin, terutama vitamin B kompleks, dan membantu memecah komponen anti-nutrisi yang ada pada singkong mentah. Selain itu, Superfood Lokal dari singkong juga dapat dikembangkan dari daunnya. Daun singkong sangat kaya akan protein, vitamin K, dan antioksidan, dan dapat diolah menjadi konsentrat protein nabati atau bubuk suplemen yang setara dengan produk impor.

Di daerah penghasil singkong utama seperti Lampung, program pelatihan intensif yang diselenggarakan oleh Kementerian Pertanian pada periode Mei hingga Juli 2026, telah melatih kelompok tani wanita untuk mengolah singkong menjadi snack bar fungsional yang diperkaya dengan serat dan protein dari legum. Produk-produk inovatif ini dipanen dan diolah setiap hari Kamis, mengubah singkong yang dulu dijual murah menjadi produk bernilai jual tinggi. Dengan demikian, inovasi berbasis singkong tidak hanya menjawab isu ketahanan pangan tetapi juga memposisikan singkong sebagai Superfood Lokal unggulan yang siap bersaing di pasar global.